A.
Koefisen
refleksi (r) dan koefisien transmisi
(t)
Koefisien refleksi didefinisikan
sebagai besarnya perbandingan amplitudo gelombang pantul terhadap amplitudo
gelombang sumber. Sedangkan koefisien transmisi menyatakan besarnya
perbandingan amplitudo gelombang transmisi terhadap amplitudo gelombang sumber.
Gambar
1.
Proses terjadi pemantulan dan pebiasan gelombang.
Untuk
modus penjalaran T, Definisi koefisien refleksi dirumuskan dengan :
Sedangkan untuk modus TM,
Berikutnya, koefisien transmisi didefinisikan oleh:
Sedangkan untuk modus
TM dirumuskan oleh
Gambar 2.
Nilai r dan t dengan n1 =1
dan n2=1.5 (modus TE)
Dari gambar 2, terlihat bahwa
Gambar
3.
Nilai r dan t dengan n1 =1.5
dan n2=1 (modus TE)
Gambar 3 menunjukkan bahwa ketika gelombang merambat melalui medium
dengan karakteristik n1>n2 maka akan terjadi sudut
kritis yang merupakan sudut maksimal untuk
mentransmisikan gelombang. Ketika gelombang datang dengan sudut kritis,maka
gelombang akan dibiaskan dengan sudut
=90. Jika gelombang datang dengan sudut yang
lebih besar dari sudut kritis,maka akan terjadi pemantulan sempurna. Sudut
kritis dapat diturunkan dengan hukum Snellius:
Dari rumusan tersebut, sudut kritis hanya dapat terjadi ketika
gelombang datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang kurang rapat
(n1>n2). Dengan menggunakan n1 =1.5 dan n2=1,
maka didapatkan sudut kritis 41,81
.
Selain pada modus TE,
hal yang sama juga berlaku untuk modus TM yaitu kritis juga hanya dapat terjadi
untuk n1>n2.
Gambar
4.
Nilai r dan t dengan n1 =1.5
dan n2=1 (modus TM)
Pada modus TM, selain
sudut kritis terdapat pula sudut Brewser, yaitu sudut gelombang datang yang mengakibatkan tidak terdapatnya amplitudo
pada gelombang pantul atau didefinisikan dengan :
Pada
kondisi ini, syarat yang memenuhi adalah alpha = beta
, sehingga sudut Brewster
didefinisikan sebagai :
Sedangkan
untuk n1<n2, maka nilai r dan t berbanding terbalik.
Hal ini menggambarkan bahwa untuk semua sudut datang pada medium n1<n2
gelombang bias akan mengalami pengurangan amplitudo seiring dengan pertambahan
besarnya sudut datang,berbanding terbalik dengan amplitudoogelombang pantul.
Untuk modus penjalaran gelombang TE, sudut Brewster hanya dapat terjadi ketika
gelombang menjalar dengan karakteristik medium n1=n2.
Gambar
5.
Nilai r dan t dengan n1 =1dan
n2=1.5 (modus TM)
A.
Reflektansi
(R) dan Transmitansi (T)
Reflektansi (R) menyatakan adalah besarnya
intensitas gelombang yang di pantulkan terhadap intensitas awalnya (datang). Sedangkan
transmitansi (T) menyatakan besarnya
intensitas gelombang yang di diteruskan ketika melewati suatu medium terhadap
intensitas awalnya.
Definisi dari R
dan T dirumuskan dengan :
Dengan menggunakan
ekspresi Intensitas (I) di bidang batas z=0 :
Maka didapatkanlah
persamaan Reflektansi (R) dan Transmitansi (T) untuk modus TE dan TM sebagai
berikut :
Dan untuk modus TM
Dengan cara yang sama
didapatka pula persamaanuntuk T (reflektansi) sebagai berikut:
Berikut hasil plotnya :
Gambar
6.
Nilai R dan T dengan n1 =1dan n2=1.5 (modus
TE)
Gambar
7.
Nilai R dan T dengan n1 =1.5dan n2=1 (modus TE)
Dapat dibandingkan
bahwa untuk sesama modus TE dengan perbedaan karakteristik perbedaan medium penjalara n1<n2
(Gambar 6) dan n1>n2 (Gambar 7) terlihat bahwa nilai R
semakin meningkat seiring dengan pertambahan sudut datang pada gambar 6. Hal
ini berbanding terbalik dengan nilai T nya. Dari Gambar 7 dapat pula
disimpulkan bahwa ketika gelombang menjalar dengan medium n1>n2
seluruh intensitas gelombang akan dipantulkan ketika mencapai sudut Brewster
atau melebihinya.
Sedangkan pada modus TM, sudut Brewster memiliki nilai
yang berbeda ketika n1<n2 dan n1>n2.
Perbedaannya, ketika n1<n2 sudut Brewsternya lebih
besar dibandingkan pada kondisi n1>n2. Dari gambar
8 dapat pula disimpulkan bahwa untuk n1<n2
, intensitas gelombang hanya ditransmisikan seluruhnya ketika sudut datang sama
dengan sudut Brewster. Sedangkan dari
Gambar 9, intensitas gelombang juga ditransmisikan seluruhnya ketika sudut
datang sama dengan sudut Brewster, namun akan direfleksikan seluruhnya ketika
sama atau melebihi nilai sudut kritis. Dari keseluruhan nilai Rdan T yang
ditampilkan pada Gambar 6,7,8, dan 9 terdapat hubungan yang memenuhi R+T =1,
yang artinya total intensital gelombang pantul dan bias akan selalu sama dengan
intensitas gelombang sumer (awa) nya.
Gambar
8.
Nilai R dan T dengan n1 =1 dan n2=1.5 (modus TM)
Gambar
9.
Nilai R dan T dengan n1 =1.5 dan n2=1 (modus
TM)
Berikut
source code program Matlab yang digunakan untuk plotting :
clc;clear all;
n1=1; %udara
n2=1.5; %air
miu0=4*pi*1e7;
miu1=miu0;
miu2=miu0;
teta_i=0:90;
sin_teta_t=(n1/n2).*sind(teta_i);
teta_t=asind(sin_teta_t);
teta_t=real(teta_t);
c=3*(10^8);
v1=c/n1;
v2=c/n2;
%-------------------------------SUDUT
KRITIS----------------------
teta_k=asind(n2/n1);
teta_k=real(teta_k);
%----------------------------SUDUT
BREWSTER TM--------------------
teta_b=atand(n2/n1);
teta_b=real(teta_b);
%---------------------------------MODUS
TE------------------------
figure(1)
alpha=cosd(teta_t)./cosd(teta_i);
beta=(miu1*v1)./(miu2*v2);
rTE=((1-(alpha.*beta))./(1+(alpha.*beta)));
tTE=2./((1+(alpha*beta)));
plot(teta_i,rTE,teta_i,tTE,'r','linewidth',2)
xlabel('Sudut Datang
(\theta i)','fontname','comic sans ms')
legend('r (koefisien
refleksi)','t (koefisien transmisi)')
title('TRANSVERSE
ELEKTRIK','fontsize',14,'fontweight','b','fontname','comic sans
ms')
grid on
hold on
plot([teta_k teta_k],[min([rTE
tTE]) max([rTE tTE])],'--g','linewidth',2)
ylim([min([rTE tTE]) max([rTE
tTE])])
text11=text(teta_k-3,min([rTE
tTE]+0.2),'sudut kritis','BackgroundColor',[.7 .9 .7]);
set(text11, 'rotation', 90)
hold on
plot([teta_b teta_b],[min([rTE
tTE]) max([rTE tTE])],'--g','linewidth',2)
ylim([min([rTE tTE]) max([rTE
tTE])])
text12=text(teta_b-3,min([rTE
tTE]+0.2),'sudut Brewster','BackgroundColor',[.7 .9 .7]);
set(text12, 'rotation', 90)
%-----------------------------------------------------------------
figure(2);
RTE=rTE.^2;
TTE=(alpha*beta).*((tTE).^2);
plot(teta_i,RTE,teta_i,TTE,'r','linewidth',2)
xlabel('Sudut Datang
(\theta i)','fontname','comic sans ms')
legend('R
(Reflektansi)','T (Transmitansi)')
title('TRANSVERSE
ELEKTRIK','fontsize',14,'fontweight','b','fontname','comic sans
ms')
grid on
%
hold on
plot([teta_k teta_k],[min([RTE
TTE]) max([RTE TTE])],'--g','linewidth',3)
ylim([min([RTE TTE]) max([TTE
RTE])])
text21=text(teta_k-3,min([RTE
TTE]+0.2),'sudut kritis','BackgroundColor',[.7 .9 .7]);
set(text21, 'rotation', 90)
%
hold on
plot([teta_b teta_b],[min([RTE
TTE]) max([RTE TTE])],'--g','linewidth',3)
ylim([min([RTE TTE]) max([RTE
TTE])])
text22=text(teta_b-3,min([RTE
TTE]+0.2),'sudut Brewster','BackgroundColor',[.7 .9 .7]);
set(text22, 'rotation', 90)
%---------------------------------MODUS
TM---------------------------------
figure(3)
rTM=(alpha-beta)./(alpha+beta);
tTM=2./(alpha+beta);
plot(teta_i,rTM,teta_i,tTM,'r','linewidth',2)
xlabel('Sudut Datang
(\theta i)','fontname','comic sans ms')
legend('r (koefisien
refleksi)','t (koefisien transmisi)','fontname','comic sans
ms')
title('TRANSVERSE
MAGNETIK','fontsize',14,'fontweight','b','fontname','comic sans
ms')
grid on
hold on
plot([teta_k teta_k],[min([rTM
tTM]) max([rTM tTM])],'--g','linewidth',2)
ylim([min([rTM tTM]) max([tTM
rTM])])
text31=text(teta_k-3,min([rTM
tTM]+0.2),'sudut kritis','BackgroundColor',[.7 .9 .7]);
set(text31, 'rotation', 90)
hold on
plot([teta_b teta_b],[min([rTM
tTM]) max([rTM tTM])],'--g','linewidth',2)
ylim([min([rTM tTM]) max([rTM
tTM])])
text32=text(teta_b-3,min([rTM
tTM]+0.2),'sudut Brewster','BackgroundColor',[.7 .9 .7]);
set(text32, 'rotation', 90)
%--------------------------------------------------------------------------
figure(4);
RTM=rTM.^2;
TTM=(alpha*beta).*((tTM).^2);
plot(teta_i,RTM,'--',teta_i,TTM,'r','linewidth',2)
xlabel('Sudut Datang
(\theta i)','fontname','comic sans ms')
legend('R
(Reflektansi)','T (Transmitansi)')
title('TRANSVERSE
MAGNETIK','fontsize',14,'fontweight','b','fontname','comic sans
ms')
grid on
hold on
plot([teta_k teta_k],[min([RTM
TTM]) max([RTM TTM])],'--g','linewidth',2)
ylim([min([RTM TTM]) max([TTM
RTM])])
text41=text(teta_k-3,min([RTM
TTM]+0.2),'sudut kritis','BackgroundColor',[.7 .9 .7]);
set(text41, 'rotation', 90)
hold on
plot([teta_b teta_b],[min([RTM
TTM]) max([RTM TTM])],'--g','linewidth',2)
ylim([min([RTM TTM]) max([RTM
TTM])])
text42=text(teta_b-3,min([RTM
TTM]+0.2),'sudut Brewster','BackgroundColor',[.7 .9 .7]);
set(text42, 'rotation', 90)