1. Sensor
Gas Semikonduktor
Sensor secara umum didefenisikan sebagai alat
yang mampu menangkap fenomena kimia atau fisika, kemudian mengubahnya menjadi
sinyal listrik baik arus listrik ataupun tegangan. Fenomena kimia yang dimaksud
dapat berupa konsentrasi dari bahan kimia baik cairan maupun gas. Dari defenisi
ini maka sensor merupakan alat elektronik yang begitu banyak dipakai dalam
kehidupan manusia saat ini. Sedangkan sensor semikondutor adalah sejumlah
komponen elektronik yang menggunakaan sifat-sifat materi semikonduktor, diantaranya Silikon, Germanium, dan Gallium arsenide. Elemen sensor yang digunakan pada sensor gas
semikonduktor adalah material
Timah oksida (SnO2). Sensor gas memiliki bobot yang ringan, kecil,
sudah tersedia luas dan memiliki sensitifitas tinggi. Mekanisme utama untuk
reaksi gas dengan metal oksida terjadi pada temperatur tinggi yaitu 200°C –
600ºC (Oktorizal, 2010).
Gambar
1 Komponen penyusun sensor gas semikonduktor (Oktorizal, 2010)
Artikel dalam versi PDF tersedia pada link berikut : SensorGasSemikonduktor.pdf
Artikel dalam versi PDF tersedia pada link berikut : SensorGasSemikonduktor.pdf
2. Cara Kerja Sensor Gas
Bila suatu kristal oksida logam seperti SnO2
dipanaskan pada suhu tinggi tertentu di udara, oksigen akan teradsorpsi pada
permukaan kristal dengan muatan negatif. Elektron-elektron donor pada permukaan
kristal ditransfer ke oksigen terabsorbsi, sehingga menghasilkan suatu lapisan
ruang bermuatan positif. Akibatnya potensial permukaan terbentuk, yang akan
menghambat aliran elektron. Di dalam sensor, arus listrik mengalir melalui
bagian-bagian penghubung (batas butir) kristal-kristal mikro SnO2.
Pada batas-batas antar butir, oksigen yang terabsorbsi membentuk penghalang
potensial yang menghambat muatan bebas bergerak. Tahanan listrik sensor
disebabkan oleh penghalang potensial ini. Gambar 2. menunjukkan model
penghalang potensial antar butir kristal mikro SnO2 pada
keadaan tanpa adanya gas yang dideteksi.
Gambar 3. Model penghalang antar butir pada keadaan
tanpa gas yang dideteksi
(Oktorizal, 2010)
Adanya gas pereduksi di lingkungan
mengakibatkan kerapatan oksigen teradsorpsi bermuatan negatif pada permukaan
semikonduktor sensor menjadi berkurang, sehingga ketinggian penghalang pada
batas antar butir berkurang. Ketinggian penghalang yang berkurang menyebabkan
berkurangnya tahanan sensor butir dalam lingkungan gas.
Gambar 4. Model penghalang potensial antar
butir dalam lingkungan adanya gas (Oktorizal, 2010)
Skema rangkaian
sensor gas dapat dijelaskan menggunakan prinsip rangkaian pembagi tegangan
seperti pada Gambar 2.6. Hambatan total sensor (RS) dan hambatan
beban (RL) tersusun secara seri. Apabila rangkaian diberi tegangan VC
maka ruang pemanas pada sensor akan aktif dan bereaksi dengan gas target
sehingga akan mengakibatkan nilai RH (hambatan pemanas) berkurang.
Berkurangnya nilai RH akan mengakibatkan nilai RS juga
berkurang secara keseluruhan, yang selanjutnya akan mengakibatkan nilai VL
bertambah.
Gambar 4. Rangkaian dasar sensor gas (Rusnur, 2012).
Selanjutnya nilai keluaran VL
akan dibaca sebagai nilai tegangan keluaran sensor yang bergantung pada
besarnya perubahan pada RS dan dapat dihitung menggunakan persamaan
(Rusnur, 2012) :
Dengan, VL =
Teganagan beban (Volt)
RL = Hambatan beban
(Ohm)
RS = Hambatan total
sensor (Ohm)
VC = Tegangan sumber
(Volt)
Artikel dalam versi PDF tersedia pada link berikut : SensorGasSemikonduktor.pdf
Artikel dalam versi PDF tersedia pada link berikut : SensorGasSemikonduktor.pdf
mas boleh tau sumber literaturnya nggak
ReplyDelete